Jumat, 27 Januari 2012

Penyakit Padi (Virus) TUNGRO

Status
Penyakit tungro merupakan salah satu kendala produksi padi nasional karena kehilangan hasil yang diakibatkannya tinggi, saat ini telah menyebar hampir keseluruh Indonesia terutama seranganya sering meluas (ledakan serangan/outbreak) di daerah sentra produksi beras nasional seperti di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, Kalimantan Selatan. Menurut Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, luas tanaman terinfeksi setiap tahunnya rata-rata mencapai 16.477 ha, rusak total (puso) 1.027 ha selama periode 1996-2002. Dengan perkiraan kehilangan hasil dari tanaman terinfeksi rata-rata 20%, tanaman puso 90%,  harga gabah Rp. 1200 /kg kerugian akibat penyakit tungro mencapai Rp. 14,1 Milyar. Pada saat terjadi ledakan serangan nilai kerugian bisa melebihi dari perhitungan tersebut diatas.  Ledakan tungro sepuluh tahun terakhir ini terjadi di Kabupaten Klaten pada tahun 1995 dengan luas tanaman terserang 12.340 ha, di Nusa Tenggara Barat pada 1998 dengan luas serangan mencapai 15.000 ha.  Disamping itu penyebaran tungro di Jawa Barat terutama di dataran rendah Kabupaten Subang di Jalur Pantai Utara (Jalur Pantura) semakian meluas.


Biologi dan Ekologi
Infeksi virus tungro menyebabkan tanaman kerdil, daun muda berwarna kuning dari ujung daun, daun yang kuning nampak sedikit melintir dan jumlah anakan lebih sedikit dari tanaman sehat.  Secara umum hamparan tanaman padi terlihat berwarna kuning dan tinggi tanaman tidak merata, terlihat spot-spot tanaman kerdil.
Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yaitu virus bentuk batang (RTBV: rice tungro bacilliform virus) dan bentuk bulat (RTSV : rice tungro sperical virus)  yang hanya dapat ditularkan oleh wereng, terutama yang paling efisien adalah spesies wereng hijau Nephotettix virescens Distant.  Wereng hijau dapat mengambil kedua virus tersebut dari singgang, bibit voluntir (ceceran gabah saat panen yang tumbuh), teki, dan eceng.  Wereng hijau spesies N. virescens telah mendominasi komposisi spesies wereng hijau di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.  Populasi N.virescens jarang mencapai kepadatan populasi tinggi sehingga tidak menimbulkan kerusakan langsung.  Adanya kebiasaan pemencaran imago terutama di daerah tanam tidak sermpak, meskipun populasinya rendah apabila ada sumber inokulum efektif menyebarkan tungro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar