Status
Penyakit busuk batang merupakan salah satu penyakit utama padi di
Indonesia. Penyakit ini selalu ditemukan pada setiap musim tanam
dengan kategori infeksi ringan sampai sedang. Pada musim hujan, lebih
dari 60% tanaman padi di jalur pantura Jawa Barat mengalami kerebahan
akibat diinfeksi cendawan H. Sigmoideum.
Kerebahan menyebabkan persentase gabah hampa meningkat. Kehilangan
hasil padi akibat penyakit busuk batang 25-30%. Busuk batang ditemukan
lebih parah pada varietas padi beranakan banyak yang ditanam pada
lokasi kahat kalium serta berdrainase jelek. Umumnya penyakit ini
kurang mendapat perhatian, karena dianggap sebagai gangguan yang
bersifat klasik dan biasa-biasa saja.
Biologi dan Ekologi
Gejala penyakit diawali dengan bercak
kecil kehitaman pada pelepah bagian luar di atas batas permukaan air,
selanjutnya bercak membesar. Cendawan penyebab penyakit menembus bagian
dalam pelepah dan menginfeksi batang sehingga menyebabkan busuk pada
batang dan pelepah. Cendawan penyebab busuk batang menghasilkan
sklerosia yang berbentuk bulat kecil berwarna hitam. Sklerosia banyak
terdapat pada bagian dalam batang padi yang membusuk.
Selama kondisi lingkungan kurang
menguntungkan, cendawan menghasilkan sklerosia secara berlimpah sebagai
alat untuk bertahan hidup. Sklerosia tersimpan dalam tunggul dan
jerami sisa panen. Selama pengolahan tanah sklerosia tersebut dapat
tersebar ke seluruh petakan sawah dan menjadi inokulum awal penyakit
busuk batang pada musim tanam berikutnya.
Pengendalian
Fungisida berbahan aktif difenoconazol
dianjurkan untuk mengendalikan penyakit busuk batang. Pengendalian
dengan teknik pengelolaan lingkungan yang dilaporkan dapat menekan
penyakit busuk batang diantaranya adalah: jerami dan tunggul dari
tanaman yang terinfeksi diangkut keluar petakan sawah dan dibakar,
pengeringan sawah secara berkala, pemupukan komplit dan nitrogen
diberikan sesuai kebutuh tanaman, jarak tanam tidak terlalu rapat, dan
memilih varietas padi yang tidak mudah rebah.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar