JAKARTA, KOMPAS.com — Harga komoditas pangan selalu
tidak stabil. Fluktuasinya mudah terpicu oleh kondisi yang sebetulnya
bisa dikendalikan.
Misalnya, menjelang pergantian tahun, harga komoditas
pangan merangkak naik di sejumlah sentra distribusi dan pasar.
Seharusnya harga komoditas pangan bisa terkendali jika pemerintah
melakukan sistem manajemen stok pangan yang baik karena kenaikan harga
pangan setiap akhir tahun selalu berulang.
"Pemerintah selalu
mengatakan bahwa kenaikan pangan menjelang hari raya Natal dan Tahun
Baru adalah wajar. Jika memang wajar, sudah sepantasnya pemerintah tahu
cara mengantisipasinya. Rasanya aneh, hampir selalu terjadi sepanjang
tahun di tengah derasnya impor yang kita lakukan," kata Rofi' Munawar,
anggota Komisi IV DPR, di Jakarta, Selasa (27/12/2011) sore.
Pemerintah
selama ini memandang, kebijakan importasi pangan dilakukan untuk
menstabilkan harga dan memastikan stok dalam negeri cukup. Jika melihat
pergerakan harga yang terus naik, logika impor hampir semuanya gagal.
"Sebaik
apa pun produksi petani, jika manajemen stok pangan lemah, akan
berakhir pada harga yang melambung tinggi dan harapan petani sejahtera
tidak akan pernah terwujud," kata Rofi'.
Kenaikan harga hampir
terjadi di seluruh Indonesia dan di banyak jenis komoditas pangan. Di
Bandung, Jawa Barat, misalnya, harga sayur, seperti tomat, melonjak
hampir tiga kali lipat dan harga wortel naik hampir dua kali lipat,
sedangkan harga beras naik lebih dari 10 persen. Di Solo, Jawa Tengah,
selain sayur dan beras, harga gula pasir juga melambung.
"Sebaiknya
sejak jauh hari pemerintah mengantisipasi lonjakan harga ini dengan
melakukan manajemen stok pangan yang terintegrasi dan simultan. Selain
itu, pemerintah juga harus mencegah spekulan yang sering kali
memanfaatkan situasi ini," ujar Rofi', anggota Fraksi Partai Keadilan
Sejahtera ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar